Prof. Dr. Hafid Abbas, Anggota Komnas HAM RI 2014-2019, menyatakan bahwa kemanusiaan harus dijadikan sebagai titik sentral pembangunan. Hal ini disampaikannya dalam diskusi kepemimpinan yang diadakan Dialektika Institute for Culture, Religion and Democracy pada Jumat (29/04/2022).
Menurut Hafid Abbas, persoalan politik, sosial dan HAM bisa dilihat dari sudut pandang manusia sebagai titik sentral pembangunan ini. “Kemanusiaan dijadikan sebagai perangkat untuk memahami persoalan politik, agama dan HAM di dalam negeri kita,” jelas Hafid Abbas dalam diskusi tersebut.
Hafid Abbas lebih jauh menjelaskan bahwa salah satu masalah yang dihadapi negeri ini ialah kesenjangan ekstrem dalam negeri. Namun kesenjangan ini, harus dilihat terlebih dahulu pada tatatan global. Pada tataran global, ada kesenjangan antara dunia bagian utara yang kaya dan dunia bagian selatan yang miskin.
Kesenjangan juga terdapat pada antara penduduk dengan sumber daya alam. Akibat kesenjangan ini, lahirlah polarisasi politik dan sosial yang memunculkan perang kepentingan di sini untuk memperebutkan sumber daya tersebut.
“Salah satu masalah yang tengah kita hadapi saat ini adalah kesenjangan ekstrem. Di Indonesia, satu persen populasi menguasai 5,2 juta hektar tanah. Kepemilikan tanah seperti ini 72 kali lipat lebih luas dari wilayah Jakarta,” jelas Hafid Abbas.
“Bayangkan empat orang penduduk Indonesia bisa menguasai setengah kekayaan Indonesia yang jika dibagi kekayaannya kepada seluruh penduduk Indonesia maka tidak akan ada kekurangan. Dan anehnya, orang yang memiliki kekayaan melimpah ini tidak menyimpan kekayaannya di dalam negeri, melainkan di luar negeri,” lanjut Hafid Abbas.
Jika hal demikian terus dibiarkan, Indonesia bisa menjadi titik konflik. Karena itu, Hafid Abbas menjelaskan bahwa ruh pembangunan itu terletak pada keadilan, inklusifitas, trust dan keterbukaan. Jika hal ini hadir, persoalan yang dihadapi Indonesia ini akan dapat terselesaikan.
Simak penjelasan lengkapnya dalam video berikut ini: