Aan Rukmana, Dosen Universitas Paramadina, menyatakan bahwa ide sekularisasi yang dulu dikenalkan Cak Nur di tahun 1970-an merupakan ide yang masih berbasis tauhid. Hal itu disampaikannya dalam diskusi kepemimpinan yang diadakan Dialektia Institute for Culture, Religion and Democracy pada Rabu (27/04/2022).
Menurutnya, hampir semua gagasan Cak Nur, berangkat dari asumsi yang bersifat monoteistik. “Spirit tauhid yang dipahami Cak Nur ialah semangat pembebasan,” jelas Rukmana.
Jadi berangkat dari semangat pembebasan yang terkandung dalam tauhid inilah, ide sekularisasi Cak Nur itu bukan bertumpu pada pemisahan antara agama dan dunia, ini tentu ide yang sangat ditolaknya. “Sekularisasi ala Cak Nur itu bahasa lainnya ialah desakralisasi, menempatkan sesuatu pada tempatnya, yakni tidak mensakralkan yang dianggap profane,” papar Rukmana.
Berangkat dari sini, kemudian muncul ide Islam Yes, Partai Islam no yang maksudnya ialah bahwa Cak Nur menegaskan agar kita jangan sampai menganggap agama sesuatu yang bukan bagian dari agama seperti politik. “Ini artinya sekularisasi Cak Nur itu menempatkan sesuatu pada tempatnya,” lanjutnya.
Cak Nur juga merupakan sosok pemersatu, dan ini merupakan ciri leadershipnya. Cak Nur dalam berbagai pemikirannya selalu mencari titik temu antar berbagai sisi-sisi perbedaan. Selain itu, kata Rukmana, Cak Nur merupakan sosok intelektual yang mampu menyelaraskan antara ucapan dan perbuatan. “Apa yang dipikirkan Cak Nur dalam tulisan-tulisannya sangat beliau praktekkan dalam perbuatan-perbuatannya,” jelas Aan Rukmana.
Simak penjelasan lengkapnya dalam video berikut ini: